2010/07/09

membaca koran dengan epaper

kok rasanya udah lama nggak mengupdate nih blog. well, setelah melalui sebuah proses sakral dalam hidup, ketukan detik waktu terasa semakin kencang berlari. walaupun nyatanya, perubahan belum terasa secara signifikan, tapi proses waktu memang suatu hal yang lucu. karena, terkadang langsung klop, tapi buruknya bisa2 akan selalu menemui jalan buntu. nah, lucunya lagi, dah panjang2 gw menulis yg tadi, tapi ternyata bukan itu yang pengen gw bahas. lucu kan? lucu gak? luccuuuu!! *sighs*

bukan karena gw penggila lingkungan atau apapun itu, soalnya gw juga kadang masih nongkrong di bawah pohon buat buang kentut, dulu juga pernah ngukir2 "aku cinta kamu" di batang pohon, trus motong cabang pohon karena menghalangi pandangan gw terhadap sesuatu (atau seseorang... hihihi), pernah juga jadiin sebuah pohon sebagai obat nyamuk buat mojok ama doi (baca: do-ai), tapi yg terakhir tadi justru gak mempan, toh nyamuknya juga nyerang kita ber2. huh, pohon tidak berguna!

udah ah, kembali ke masalah utama. topik "menuju hijau" (dilirik: go green) memang sudah sepantasnya menjadi perhatian kita... dan dunia. ayolah memulai menanam pohon walau cuman satu biji dalam satu tahun. jangan lupakan juga memulai membuat lubang-lubang pori resapan air (diintip: biopori) di halaman rumah. karena, selain berguna buat jebakan maling, lubang2 pori itu berguna juga untuk menjaga agar persediaan air tanah nantinya masih bisa dinikmati oleh anak-cucu kita. trus, kurangi membuang sampah. ingat "kurangi", bukan lagi soal buanglah sampah pada tempatnya, tapi kurangi menyampah. kalo lu perhatiin berita2 soal sampah, penambahan jumlah penduduk di dunia tuh turut meningkatkan volume sampah tiap waktunya. okeh, sekarang sih lu masih bisa bilang kalo tempat pembuangan sampah umum kan udah ada, tapi, bagaimana setelah beberapa puluh tahun dari sekarang? apabila kebiasaan kita tuk menyampah tidak berubah, jangan kaget kalo anak-cucu kita nanti pada bertetangga dengan sampah. yaiks, bukan pemandangan yang menarik, bukan? nah, kurangi menyampah. slogan "buang sampah pada tempatnya" udah gak menarik lagi!

gerakan mengurangi menyampah sendiri sudah diperlihatkan oleh media-media cetak kita. yup beneran, ini media-media cetak dari indonesia sendiri. bukan yang punya luar negeri. walaupun indonesia belom lolos masuk putaran final pidun 2010 ini (diselek: piala dunia), tapi media2 cetak kita sudah melakukan gerakan "menuju hijau" (tetep dihubungkan dengan pidun... soalnya itu PENTING!). nah, gerakan yang seperti apa nih? yang jelas bukan gerakan minta maaf seperti yang sedang dilakukan culun (diinjek: cut tari-luna maya). soalnya ini bukan blog gosip, ini blog... aja. *halah*

seujung ingatan gw, sejak 1-2 tahun lalu, sudah mulai bermunculan fitur koran cetak online, atau biasanya disebut epaper. dan media2 cetak lokal yang jadi pionir dalam hal ini, kompas, koran kontan, dan korantempo. trus yang lainnya? wah, itu di sebelah luar ujung ingatan gw.

trus apa ini kah yang epaper dengan dimaksud? (halah) nah, dibanding membaca koran cetak yang dari bahan kertas itu yang toh besokannya bakal dijadiin bungkus kado (maklum, yg pernah jadi korban), dengan fitur epaper, kita bisa membaca koran cetak melalui komputer yang dilengkapi koneksi internet, dan bentuk layout-nya yang mirip dengan koran cetak biasa... yang dari bahan kertas itu. bingung yee? (dengan nada menghinee) contohnya bisa dilihat pada gambar2 di bawah ini.


dengan kehadiran fitur epaper, kita tinggal memanfaatkan koneksi internet (kan gak mungkin lu gak punya koneksi internet, mangnya baca blog ini lewat lubang ketek?!), kita langsung bisa membaca koran dari komputer. praktis! dan dengan layout yang mirip dengan versi yg berbahan kertas, kita yang sudah terbiasa sebelumnya akan tetap merasa nyaman membaca epaper ini.

langkah yang dilakukan oleh media2 cetak negeri kita ini patut kita acungin jempol, karena dengan fitur epaper, penggunaan kertas akan semakin berkurang dan ujung2nya sampah kertas pun turut berkurang dan tentunya penebangan2 pohon juga ikut berkurang. wow, lihat kan? dua keuntungan untuk satu langkah. kalo kata pribahasa jaman kuno, dengan sekali melempar batu, dua tiga maling kena! (ada apa sih gw dengan maling hari ini?) pokoknya, terimakasih gw haturkan buat para media cetak.

yah, memang belum semua media cetak mendukung langkah ini. tapi seperti yang gw bilang barusan, "belum", jadi kita tungguin saja. semoga kedepannya, penggunaan bahan kertas sebagai koran semakin berkurang. syukur-syukur semua media sudah tidak lagi menggunakan bahan kertas. amin.

terakhir, inilah beberapa media yang saat ini (setidaknya sampai level pengetahuan gw) sudah mendukung epaper, yaitu:
- Koran Tempo
- Kompas
- Kontan
- Republika
- Kaltim Post
- Radar SBY
- Pikiran Rakyat
- Suara Merdeka
- the Jakarta Post

semoga tulisan ini berguna buat rakyat indonesia tercinta, bahkan terutama pembaca di seluruh dunia (emang ngerti!?). dan terakhir: yuk, mulaikan membaca koran dengan epaper. free kok!

nb:
kita juga bisa melakukan langkah2 yang sama kok dalam hal mengurangi penggunaan kertas, seperti:
1. Undangan (pernikahan, ulang tahun, dll)
pertanyaan gw justru, kenapa gak ngirim undangan dengan menggunakan email/sms? apa soal masalah alasan RESPEK? ah, itu alasan murahan untuk jaman sekarang ini. respek kok dinilai dari sebuah undangan yang cuman berbentuk email/sms.

2. Tagihan (listrik, air, telepon)
nah, soal yg satu ini memang tergantung pada si pemberi layanan. kalo memang mereka menyediakan fasilitas tagihan via online, mintalah agar tagihannya dikirim berupa e-mail aja. agar kita gak dipusingi lagi dengan kertas2 sampah. tapi, kalo mereka belum mendukung, kan bisa dijadikan proyek. betul betul betul!! *twink twink*

3. Selebaran/Brosur/etc
jangan takut dianggap spam? toh, ini demi kepentingan bersama. well, sebenarnya bergantung dengan frekuensi pengiriman email sih. jangan kirim email selebaran/brosur sampe setiap hari, itu sih udah menuju ke "menyampah". kirimlah dengan sopan dan santun dan dengan frekuensi yang wajar.

No comments:

Post a Comment